By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Logo Logo
  • ID
    • EN
    • RU
    • HI
    • PT
    • ES
    • FR
    • PL
  • ID
    • EN
    • RU
    • HI
    • PT
    • ES
    • FR
    • PL
  • Beranda
  • Tentang
  • BlogBlogBlog
    • Taurat
    • Doa
    • Topik Hangat
    • Injil
    • Ibrani
    • Rasul Paulus
    • Maria
    • Sedang dikerjakan
  • Buku
    • Buku
    • Materi Gratis
  • Konferensi
    • Israel Institute of Biblical Studies (IIBS)
    • Israel Bible Center (IBC)
Reading: Apakah Injil benar-benar pertama-tama untuk orang Yahudi?
Share
Logo Logo
  • ID
    • RU
    • PT
    • PL
    • HI
    • FR
    • ES
    • EN
  • Beranda
  • Tentang
  • BlogBlogBlog
    • Taurat
    • Doa
    • Topik Hangat
    • Injil
    • Ibrani
    • Rasul Paulus
    • Maria
    • Sedang dikerjakan
  • Buku
    • Buku
    • Materi Gratis
  • Konferensi
    • Israel Institute of Biblical Studies (IIBS)
    • Israel Bible Center (IBC)
Follow US
Dr. Eli © All rights reserved
Rasul Paulus

Apakah Injil benar-benar pertama-tama untuk orang Yahudi?

Apakah frasa ikonik ini dapat diterjemahkan secara berbeda dengan tepat?

Tammy Yu
Share
SHARE

Ketika menerjemahkan ke Bahasa yang lain, sering kali tidak hanya ada satu terjemahan yang paling tepat untuk menerjemahkan sebuah teks kuno. Faktanya, seringkali sebuah kata dapat memiliki beberapa arti. Proses penerjemahan dilakukan dengan memilih kata-kata yang paling mendekati makna dari bahasa aslinya. Hal ini seharusnya tidak membuat kita berkecil hati. Sebaliknya, hal ini seharusnya mendorong kita untuk mempelajari bahasa asli Alkitab agar kita dapat menghargai kompleksitas dan keindahannya. Mari kita melihat salah satu contohnya.

Orang Yunani tidak sama dengan semua orang non-Yahudi 

Pada abad pertama, seorang Hellene adalah seorang Yunani kuno, yang terikat pada identitas budaya dan etnis dari Hellas (Yunani). Orang-orang Hellene memiliki bahasa yang sama, yakni bahasa Yunani, dan menyembah dewa-dewa yang sama, seperti Zeus dan Athena. Mereka hidup dalam negara-kota (negara yang hanya terdiri dari sebuah kota) seperti Athena dan Sparta, yang terkenal karena kontribusinya dalam bidang filsafat, teater, dan pemerintahan, termasuk demokrasi awal. Istilah ini membedakan orang Yunani dari orang “barbar” (non-Yunani), menekankan warisan budaya mereka yang sama, sebagaimana terlihat dalam peristiwa seperti Olimpiade. Pada abad pertama, budaya Hellenistik telah tersebar luas, mempengaruhi dunia Hellenistik  setelah penaklukan Alexander Agung. Istilah “barbar” digunakan oleh orang Yunani (Hellenes) maupun Romawi untuk menyebut orang-orang yang bukan Yunani atau Romawi, yang sering dianggap tidak beradab atau lebih rendah secara budaya. Kata ini berasal dari bahasa Yunani barbaros, yang berarti orang-orang yang bahasanya terdengar kacau (seperti “bar-bar”), istilah yang merujuk pada beragam kelompok, seperti orang Galia atau Jerman. Mereka dianggap tidak memiliki bahasa, budaya, atau organisasi sipil Yunani maupun Romawi, dan sering digambarkan sebagai bangsa yang suka berperang atau hidup nomaden.

Semua terjemahan yang kita kenal dari surat Rasul Paulus kepada jemaat Tuhan di Roma menyampaikan sentimen sebagai berikut:

“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi (Ἰουδαίῳ), tetapi juga orang Yunani (Ἕλληνι).” (Roma 1:16)

Teks ini biasanya dipahami bahwa  secara kronologis, orang Yahudi menerima Injil lebih dahulu sebelum Injil disampaikan kepada bangsa-bangsa lain, atau bahwa orang Yahudi harus diprioritaskan dibandingkan bangsa-bangsa lain dalam mendengar berita Injil. Namun, dalam Roma 1:14 Paulus menulis bahwa ia berhutang untuk memberitakan Injil kepada sedikitnya dua kelompok non-Yahudi: orang Yunani / Helene – terpelajar (Ἕλλησίν) dan orang Barbar – tidak terpelajar (Βαρβάροις). Dengan demikian, tampaknya Rasul Paulus mengelompokkan bangsa-bangsa di dunia ke dalam tiga golongan utama: orang Yudea (yang biasa disebut orang Yahudi), Hellene (orang Yunani yang terpelajar / beradab), dan orang Barbar (mereka yang tidak terpelajar/ dianggap tidak beradab). Teks itu juga menunjukkan ada kategori tambahan seperti orang Skit, budak, dan orang merdeka (Kolose 3:11). Karena itu, orang Yunani seharusnya tidak diterjemahkan sebagai orang non-Yahudi. Untuk menyebut bangsa-bangsa secara keseluruhan, Paulus menggunakan kata lain – bangsa-bangsa (ἔθνη –  ethnē). Namun, perlu ditegaskan juga bahwa Paulus menganggap Hellen (orang Yunani) termasuk bagian dari bangsa-bangsa non-Yahudi (1 Korintus 1:22–23).

Beradab (terpelajar) dan tidak beradab (tidak terpelajar)

Menarik untuk melihat tulisan seorang Yahudi lain, Filo dari Aleksandria, yang hidup pada masa yang hampir sama dengan Rasul Paulus dan karyanya masih ada sampai sekarang. Sama seperti Paulus, ia adalah seorang Yahudi Helenistik. Dalam tulisannya, ia juga membagi dunia ini menjadi orang Yunani (Hellene) dan orang barbar. Banyak contoh—seperti kutipan berikut—menunjukkan bahwa membedakan orang Yunani dan barbar merupakan kategori mendasar dalam dunia kuno yang berpusat pada Yunani.

Kita membaca :

“…karena dengan cara perenungan macam apakah seseorang dapat mencapai hal yang baik ini? Lautan apa yang harus ia seberangi? Pulau-pulau atau benua mana yang harus ia kunjungi? Haruskah ia tinggal di antara orang Yunani atau di antara orang barbar?” (Filo, On the Change of Names, 4.35)

Walaupun ia seorang Yahudi, Rasul Paulus sangat menghargai filsafat Yunani karena ia dibesarkan di Tarsus, sebuah pusat utama filsafat Helenistik. Ada sejumlah hal yang sama antara tulisan Paulus dan karya penulis Stoa. Orang Yunani lainnya mungkin melihatnya sebagai orang Yahudi sekaligus orang Hellene (Yunani). Paulus menunjukkan keakraban yang mendalam dengan karya para filsuf Helenistik, bahkan ia dapat mengutipnya dari ingatan (Kisah Para Rasul 17:27–28; Titus 1:12).

“Pertama-tama” atau “utama”?

Seperti disebutkan di awal pembahasan ini, sering kali teks Yunani yang sama bisa diterjemahkan dengan cara berbeda, dan keduanya sah secara gramatikal. Pastilah hal ini berlaku juga untuk Roma 1:16. Teks ini memang bisa diterjemahkan sebagaimana yang biasa kita baca: “pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Namun, teks ini juga bisa diterjemahkan secara tepat sebagai: “kepada orang Yahudi dan Yunani, terutama.”

Dalam Roma 1:16, Paulus kemungkinan besar bermaksud bahwa baik orang Yahudi maupun orang Yunani sama-sama membutuhkan Injil dari Kristus Yahudi, dan dalam dunia Romawi, secara unik mereka layak untuk menerimanya, daripada menekankan kronologi kedatangan Injil atau prioritas pemberitaannya. Mengingat penghargaan Paulus yang mendalam terhadap Yudaisme pada zamannya, sekaligus kekagumannya pada kebajikan dan hikmat Helenistik, mungkin yang dimaksud ialah bahwa Injil Yesus Kristus itu penting dan cocok terutama untuk  orang Yahudi maupun orang Yunani. Menariknya, dalam Roma 1:16 (Ἰουδαίῳ τε πρῶτον καί Ἕλληνι) ia tidak menyebut orang Barbar, meskipun ia mengakui kewajibannya kepada mereka dalam Roma 1:14.

Sebenarnya, usulan terjemahan saya ini sangat cocok dengan surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus. Disana ia menulis:

“Orang-orang Yahudi (Ἰουδαῖοι) menghendaki tanda dan orang-orang Yunani (Ἕλληνες) mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan (Ἰουδαίοις μεν σκάνδαλον) dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan (ἔθνεσιν δε μωρίαν), tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi (Ἰουδαίοις τε καί Ἕλλησιν), Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.” (1 Korintus 1:22–24, TB)

Kembali pada Roma 1:16, berikut terjemahan tradisional:

“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” (Roma 1:16)

Usulan terjemahan saya kira-kira seperti ini:

“Aku tidak malu terhadap Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, terutama orang Yahudi dan orang Yunani.”

Jika terjemahan yang pertama benar, maka di sini Paulus berbicara tentang prioritas Injil atau urutan kedatangannya, tetapi jika terjemahan kedua yang benar, maka maksud Paulus adalah bahwa orang Yahudi dan orang Yunani berada pada posisi yang unik untuk menerima Injil.

Kesimpulan

Kata-kata Rasul Paulus dalam Roma 1:16 memiliki denyut kekuatan yang abadi dan transformatif, memberitakan Injil yang meruntuhkan sekat budaya dan etnis sekaligus menghargai identitas unik yang dianutnya. Dengan menyatakan Injil “terutama bagi orang Yahudi dan orang Yunani,” Paulus tidak mengesampingkan orang Barbar atau bangsa-bangsa lain (ἔθνη); sebaliknya, ia menyerukan panggilan yang mendesak kepada mereka yang paling dekat untuk memahami kebenaran Injil—orang Yahudi melalui wahyu ilahi, dan orang Yunani melalui pencarian hikmat. Tidak ada hirarki nilai, melainkan panggilan berani kepada dua pilar kebenaran dalam dunia kuno (sebagaimana dipahami Paulus) untuk menerima Kristus yang disalibkan dan bangkit.

Sudah lama saya menduga bahwa Roma 1:16 menyimpan makna yang lebih dalam daripada sekadar pemahaman biasa. Saya bersyukur bisa merenungkannya bersama Anda semua. Terima kasih atas dukungan dan doa-doa Anda!

Follow US
Dr. Eliyahu Lizorkin-Eyzenberg © 2025. All Rights Reserved.
Ikuti Blog Dr. Eli!
Berlangganan untuk mendapatkan pemberitahuan saat artikel baru diterbitkan.
Tanpa spam, Anda bisa berhenti berlangganan kapan saja.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?