By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Logo Logo
  • ID
    • EN
    • RU
    • HI
    • PT
    • ES
    • FR
    • DE
    • PL
  • ID
    • EN
    • RU
    • HI
    • PT
    • ES
    • FR
    • DE
    • PL
  • Beranda
  • Tentang
    • Tentang
    • Materi Gratis
  • BlogBlogBlog
    • Taurat
    • Ibrani
    • Injil
    • Rasul Paulus
    • Maria
    • Doa
    • Topik Hangat
    • Sedang dikerjakan
  • Buku
  • Konferensi
    • Israel Institute of Biblical Studies (IIBS)
    • Israel Bible Center (IBC)
Reading: Apakah Struktur Kiastik itu ?
Share
Logo Logo
  • ID
    • RU
    • PT
    • PL
    • HI
    • FR
    • ES
    • EN
    • DE
  • Beranda
  • Tentang
    • Tentang
    • Materi Gratis
  • BlogBlogBlog
    • Taurat
    • Ibrani
    • Injil
    • Rasul Paulus
    • Maria
    • Doa
    • Topik Hangat
    • Sedang dikerjakan
  • Buku
  • Konferensi
    • Israel Institute of Biblical Studies (IIBS)
    • Israel Bible Center (IBC)
Follow US
Dr. Eli © All rights reserved
Taurat

Apakah Struktur Kiastik itu ?

Sebagian besar orang percaya tidak menyadari bahwa seluruh Alkitab dipenuhi dengan pola-pola sastra yang istimewa. Sekarang waktu untuk mengungkapkannya.

Tammy Yu
Share
SHARE

Taurat menggunakan teknik sastra yang luar biasa yang disebut kiastik—sebuah struktur yang menyusun kata, frasa, atau tema dengan pola cermin untuk menekankan makna dan menciptakan keseimbangan. Dalam struktur ini, teks itu menyajikan serangkaian ide atau peristiwa, lalu mengulanginya kembali dalam urutan terbalik, membentuk semacam “palindrom sastra”. Teknik ini, sering dituliskan dalam A, B, C … C’, B’, A’, menunjukkan rancangan teks yang kompleks dan menyoroti sifatnya yang menyeluruh. Dengan menganalisis penggunaan pola kiastik dalam narasi Alkitab, kita dapat menyingkap lapisan-lapisan makna yang mungkin selama ini tersembunyi. Dalam kisah Nuh dan air bah (Kejadian 6–9), ketika banyak pembaca cenderung fokus pada keselamatan manusia dan hewan melalui bahtera, sebenarnya struktur kiastik menyiratkan bahwa inti dari narasi Ibrani kuno ini justru terletak di tempat lain. Mungkinkah selama ini kita telah melewatkan pesan utama dari kisah ini?

Struktur Kiastik: Cermin Sastra

Istilah kiastik berasal dari huruf Yunani chi (Χ), yang secara visual menyerupai tanda silang atau cermin dari struktur tersebut. Dalam susunan kiastik, elemen tema atau narasi disusun berpasangan secara simetris mengapit satu titik pusat. Pasangan ini biasanya dilambangkan dengan A dan A’, B dan B’, dan seterusnya, sedangkan elemen utama (yang tidak memiliki pasangan) berfungsi sebagai klimaks atau titik fokus narasi. Kisah Nuh dalam Kejadian 6–9 merupakan contoh sempurna dari struktur ini, disusun secara hati-hati menuju puncak penting yang terdapat dalam Kejadian 8:1. Ayat inti ini, berbunyi “Allah mengingat Nuh,” menjadi puncak teologis dan sastra dari keseluruhan kisah, dikelilingi oleh elemen-elemen cermin yang memperkuat maknanya.

Untuk menggambarkan hal ini, perhatikan struktur tematis kiastik dari Kejadian 6–9 berikut:

A     Nuh diperkenalkan (6:10a)

__B   Sem, Ham, dan Yafet, anak-anak Nuh (6:10b)

___C  Perintah membuat bahtera (6:14–16)

____D Air bah diumumkan (6:17)

_____E Perjanjian dengan Nuh (6:18–20)

______F Makanan disimpan dalam bahtera (6:21)

_______G Perintah untuk masuk bahtera (7:1–3)

________H 7 hari menunggu air bah (7:4–5)

_________I 7 hari menunggu air bah (7:7–10)

__________J Masuk ke dalam bahtera (7:11–15)

___________K TUHAN (YHWH) menutup pintu bahtera di belakang Nuh (7:16)

____________L 40 hari air bah (7:17a)

_____________M Air makin bertambah (7:17b–18)

______________N Gunung-gunung tertutup (7:19–20)

_______________O 150 hari: air berkuasa (7:21–24)

________________P ALLAH MENGINGAT NUH (8:1)

_______________O’ 150 hari: air menyusut (8:3)

______________N’ Puncak gunung terlihat (8:4–5)

_____________M’ Air berkurang (8:5)

____________L’ 40 hari (akhir) (8:6a)

___________K’ Nuh membuka jendela bahtera (8:6b)

__________J’ Burung gagak dan merpati keluar dari bahtera (8:7–9)

_________I’ 7 hari menunggu air surut (8:10–11)

________H’ 7 hari menunggu air surut (8:12–13)

_______G’ Perintah untuk keluar dari bahtera (8:15–17 [22])

______F’ Makanan di luar bahtera (9:1–4)

_____E’ Perjanjian dengan segala makhluk (9:8–10)

____D’ Tidak akan ada air bah lagi (9:11–17)

___C’ Bahtera ditinggalkan (9:18a)

__B’ Sem, Ham, dan Yafet (9:18b)

A’ Nuh diperkenalkan kembali (9:19)

Struktur ini menunjukkan penyusunan yang disengaja dan simetris, di mana setiap elemen dipasangkan dengan pasangannya secara teliti. Perjalanan dari A hingga P, lalu kembali ke A’, membentuk lengkungan naratif yang mengarahkan perhatian pembaca kepada momen utama, menekankan makna teologisnya.

Elemen Utama : Allah Mengingat Nuh

Inti dari struktur kiastik ini terdapat dalam Kejadian 8:1, dalam bahasa Ibrani berbunyi:

וַיִּזְכֹּר אֱלֹהִים אֶת־נֹחַ וְאֵת כָּל־הַחַיָּה וְאֶת־כָּל־הַבְּהֵמָה אֲשֶׁר אִתּוֹ בַּתֵּבָה וַיַּעֲבֵר אֱלֹהִים רוּחַ עַל־הָאָרֶץ וַיָּשֹׁכּוּ הַמָּיִם׃

Yang diterjemahkan:

“Maka Allah mengingat Nuh, dan segala binatang liar, serta segala ternak, yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Allah membuat angin melanda bumi, sehingga air itu surut.” (Kejadian 8:1)

Ayat ini menjadi titik tumpu seluruh narasi. Dalam struktur kiastik, elemen pusat adalah titik penekanan tertinggi—tempat makna terdalam dari kisah tersebut terungkap. Frasa “Allah mengingat Nuh” bukan sekadar detail narasi, melainkan pernyataan teologis yang sangat mendalam. Kata kerja Ibrani zakar (זָכַר, “mengingat”) menyiratkan perhatian aktif dan kesetiaan dalam perjanjian, yang menunjukkan bahwa Allah memandang Nuh dengan belas kasihan dan tujuan. Momen ini menandai peralihan dari penghukuman (air bah) menuju pemulihan (air yang surut), menunjukkan kemenangan belas kasihan Allah atas murka-Nya.

Makna Teologis dari Momen Sentral

Pusat dari Kejadian 8:1 menegaskan tema utama dalam kisah Nuh: kesetiaan Allah terhadap ciptaan-Nya. Sementara air bah melambangkan penghukuman Allah atas kejahatan manusia (Kej 6:5–7), tindakan-Nya mengingat Nuh merupakan komitmen-Nya untuk memelihara kehidupan. Momen ini tidak hanya berbicara tentang keselamatan pribadi Nuh, tetapi tentang hubungan perjanjian yang lebih luas antara Allah dan segala makhluk hidup. Disebutkannya “segala binatang liar, serta segala ternak” dalam Kejadian 8:1 menekankan cakupan kasih Allah yang melampaui umat manusia, hingga seluruh ciptaan.

Tema Allah mengingat ini bergema di sepanjang Taurat. Misalnya, dalam Kejadian 19:29, Allah mengingat Abraham dan menyelamatkan Lot dari kehancuran Sodom. Demikian pula, dalam Keluaran 2:23–25, Allah mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub, merespons seruan umat Israel di Mesir dan memulai pembebasan mereka. Kesamaan ini menunjukkan bahwa kisah Nuh merupakan bagian dari pola besar dalam Alkitab tentang penebusan Allah. Dalam setiap peristiwa, “Allah mengingat” menandai titik balik di mana penghukuman digantikan dengan belas kasihan, dan kehancuran dilanjutkan dengan pemulihan.

Dalam konteks kisah air bah, Kejadian 8:1 juga mengingatkan kembali tentang penciptaan. Frasa “Allah membuat angin menghembus melalui bumi” mengingatkan kita pada Kejadian 1:2, di mana Roh Allah (ruach) melayang-layang di atas permukaan air. Parallel ini menyiratkan bahwa surutnya air bah adalah bentuk penciptaan ulang—pembaruan bumi setelah kekacauan karena penghukuman. Struktur kiastik memperkuat hal ini dengan menempatkan momen “Allah mengingat” di pusat kisah, menjadikannya titik tengah antara kekacauan dan pemulihan.

Kerangka Kiastik yang Lebih Luas

Elemen-elemen cermin yang mengapit Kejadian 8:1 menguatkan tema narasi tentang penghukuman, pemeliharaan, dan pembaruan. Misalnya, pengumuman air bah (D) dipasangkan dengan janji bahwa takkan terjadi air bah lagi (D’), menyoroti peralihan Allah dari murka menuju anugerah. Perjanjian dengan Nuh (E) dicerminkan oleh perjanjian dengan segala makhluk (E’), memperluas cakupan janji Allah. Bertambahnya air (M) dan surutnya (M’) mencerminkan naik-turunnya air bah, sedangkan gunung-gunung yang tertutup (N) dan yang kemudian terlihat kembali (N’) menyimbolkan pembalikan dari kehancuran.

Bahkan detail-detail kecil seperti masa tunggu tujuh hari (H, I, H’, I’) menunjukkan simetri narasi yang sangat teliti. Masa-masa penantian ini menekankan kesabaran dan iman yang diperlukan oleh Nuh, yang akhirnya mengantar pada tindakan Allah yang mengingat dan memulai proses pemulihan. Demikian pula, tindakan TUHAN menutup pintu bahtera itu di belakang Nuh (K) dicerminkan oleh Nuh yang membuka jendela bahtera (K’), menandakan peralihan dari perlindungan Allah ke peran manusia dalam dunia yang diperbarui.

Kesimpulan: Inti dari Kisah Ini

Struktur kiastik dalam Kejadian 6–9 mengungkapkan bahwa yang utama dari kisah Nuh bukan tentang bahtera, binatang, atau bahkan air bah itu sendiri. Sebaliknya, inti dari narasi ini terletak pada Kejadian 8:1, di mana Allah mengingat Nuh dan segala makhluk hidup. Momen ini menunjukkan kemenangan belas kasihan Allah atas penghukuman, tema yang bergema sepanjang kitab Taurat dan selanjutnya. Dengan menempatkan pengingatan ini di pusat kiastik, teks ini mengajak pembaca untuk melihat kesetiaan Allah sebagai dasar dari harapan dan pembaruan. Kisah Nuh bukan sekadar cerita bertahan hidup— tetapi ini adalah kesaksian yang mendalam tentang komitmen kekal Allah terhadap ciptaan-Nya, sebuah pesan yang tetap relevan sampai hari ini.

Follow US
Dr. Eliyahu Lizorkin-Eyzenberg © 2025. All Rights Reserved.
Ikuti Blog Dr. Eli!
Berlangganan untuk mendapatkan pemberitahuan saat artikel baru diterbitkan.
Tanpa spam, Anda bisa berhenti berlangganan kapan saja.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?