Perjanjian Nama: Abraham, Sara, dan Makna Kejadian 17
Dalam Kejadian 17, Allah mengubah nama Abram menjadi Abraham dan Sarai menjadi Sarah, sebuah momen penting yang menandai perjanjian-Nya dengan bapa dan ibu leluhur bangsa Israel. Perubahan nama ini bukan sekadar perubahan nama secara harafiah saja, melainkan sarat dengan makna teologis, linguistik, dan budaya yang dalam. Perubahan nama Abraham dari אַבְרָם (Avram) menjadi אַבְרָהָם (Avraham) sering mendapat lebih banyak disorot, namun sebenarnya perubahan nama שָׂרָי (Sarai) menjadi שָׂרָה (Sarah) sama pentingnya, menegaskan perannya yang vital di dalam perjanjian dengan Allah. Dengan menelusuri arti nama mereka, janji-janji Allah, dan dampak luas dari perubahan ini, kita memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang peran mereka sebagai Bapa dan Ibu dari banyak bangsa.
Perubahan Nama dari Abram ke Abraham
Nama אַבְרָם (Avram) berasal dari dua kata dalam bahasa Ibrani: אָב (av) yang berarti “bapa” dan רָם (ram) yang berarti “tinggi” atau “mulia.” Maka, Avram berarti “bapa yang mulia”—nama yang mencerminkan kehormatan, namun terbatas dalam lingkup keluarganya. Dalam Kejadian 17:5, Allah berfirman, “Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.” Nama baru אַבְרָהָם (Avraham) menggabungkan אָב (av, “bapa”) dengan הֲמוֹן (hamon, “kerumunan besar”), seperti dalam frasa אַב־הֲמוֹן גּוֹיִם (av-hamon goyim)—“bapa sejumlah besar bangsa.”
Penambahan huruf ה (he) ke dalam nama Abraham memiliki makna yang besar. Dalam bahasa Ibrani, setiap huruf memiliki makna simbolis, dan ה adalah bagian dari Nama Allah sendiri, yaitu יהוה (YHWH), yang menyiratkan kuasa kreatif-Nya. Penambahan ה ke dalam nama Avram, Allah seakan menyematkan kehadiran-Nya secara langsung, menjadikannya bukan sekadar pemimpin lokal, tetapi bapa bagi banyak bangsa. Huruf ה juga memiliki nilai angka 5, yang menurut beberapa tradisi Yahudi dikaitkan dengan lima kitab Taurat—menghubungkan masa depan Abraham dengan hukum dan perjanjian Allah.
Selain itu, bunyi kata Avraham terdengar lebih lembut dibandingkan Avram. Kata רָם (ram) yang keras dan tinggi, berubah menjadi הֲמוֹן (hamon), yang terbuka, merefleksikan bagaimana peran Abraham berkembang dari pemimpin keluarga menjadi tokoh global. Hanya dengan perubahan satu huruf, dampaknya mengubah segalanya, menunjukkan luasnya janji Allah.
Dari Sarai ke Sarah: Perubahan yang Seimbang
Perubahan nama Sarai dalam Kejadian 17:15–16 sama pentingnya: “Firman Allah kepada Abraham: “Mengenai isterimu Sarai, janganlah kau sebut namanya lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberkatinya, bahkan Aku akan memberikan dia seorang anak laki-laki kepadamu; Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.” Nama שָׂרָי (Sarai) dan שָׂרָה (Sarah) berasal dari akar kata yang sama, שַׂר (sar), yang berarti “penguasa” atau “pemimpin”—menyiratkan kekuatan dan otoritas. Kedua nama tersebut berarti “putri bangsawan” atau “perempuan yang kuat,” namun ada sedikit perbedaan.
Sarai berarti “putriku” atau “putri milikku,” dengan akhiran ־ַי (-ai) menunjukkan kepemilikan, menggambarkan perannya yang terikat dalam lingkup keluarga Abraham. Sementara itu, Sarah (שָׂרָה), tanpa akhiran bentuk kepemilikan itu, menunjukkan peran yang lebih besar. Sama halnya dengan Abraham, namanya pun mendapat tambahan huruf ה (he), yang mengaitkannya dengan berkat Allah. Nama baru Sarah ini menegaskan bahwa dia bukan sekadar seorang istri, melainkan ibu dari bangsa-bangsa dan raja-raja, sesuai janji Allah.
Perubahan dari י (yod) ke ה (he) mencerminkan pola yang sama seperti pada Abraham. Huruf י, yang bernilai 10 dalam angka Ibrani, kecil dan tertutup—bermakna sebuah permulaan. Sebaliknya, huruf ה yang terbuka, sesuai dengan peran baru Sarah sebagai Ibu semua bangsa. Bunyi kata Sarah pun lebih lembut dibanding Sarai, dengan ה memberikan kesan lebih lembut dan universal, mencerminkan pengaruhnya yang lebih luas.
Perjanjian dan Gender: Mitra yang Setara
Perubahan nama Abraham dan Sarah menunjukkan bahwa mereka adalah mitra setara dalam perjanjian Allah. Meskipun Abraham sering menjadi pusat perhatian, Kejadian 17 menunjukkan bahwa Sarah sama pentingnya. Janji Allah kepada Sarah—“ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir daripadanya”— sesuai dengan janji-Nya kepada Abraham, menunjukkan bahwa dia adalah bagian penting dari perjanjian itu. Keduanya menerima tambahan huruf ה, menandakan bahwa mereka berbagi berkat dan tujuan Allah.
Kesetaraan ini menantang norma budaya kuno yang sering menempatkan perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari laki-laki. Dengan memberikan Sarah nama baru dan janji besar, Allah meninggikannya—menunjukkan bahwa kekuatannya melampaui perannya di rumah tangga. Gelarnya sebagai “putri bangsawan” (שָׂרָה) menonjolkan otoritasnya, terlihat kemudian ketika dia membuat pilihan sulit, seperti mengusir Hagar dan Ismail (Kejadian 21:10–12).
Warisan Sarah dan Kisah yang Lebih Besar
Perubahan nama Sarah memiliki kekuatan yang luar biasa karena ia sebelumnya mandul (Kejadian 11:30). Pada masa itu, tidak memiliki anak dianggap memalukan, tetapi Allah mengubah statusnya dari orang yang tersingkir menjadi ibu bangsa-bangsa. Tawa Sarah dalam Kejadian 18:12, sering dipahami sebagai ekspresi keraguan, juga bisa diartikan sebagai keterkejutan atas janji Allah yang luar biasa—seorang perempuan mandul akan melahirkan raja-raja. Ini menunjukkan bagaimana Allah memilih orang-orang yang tampak tidak mungkin, seperti Musa atau Daud, untuk melakukan perkara besar.
Pengaruh Sarah melampaui Israel. Dalam Galatia 4:22–31, Paulus menyebut Sarah sebagai ibu bagi “anak-anak perjanjian,” dan membandingkannya dengan Hagar. Dalam 1 Petrus 3:6, ia dijadikan teladan iman bagi perempuan percaya. Namanya, שָׂרָה (Sarah), menjadi simbol kekuatan dan harapan.
Kesimpulan
Perubahan nama Abram menjadi Abraham dan Sarai menjadi Sarah dalam Kejadian 17 adalah perpaduan yang indah antara bahasa dan iman, yang memperlihatkan kuasa dari perjanjian Allah. Penambahan huruf ilahi ה ke dalam nama mereka menjadikan mereka bapa dan ibu banyak bangsa, penuh dengan kehadiran Allah. Perubahan nama Sarah, yang sering diabaikan, ternyata sama pentingnya—membuktikan bahwa ia adalah mitra yang setara dalam rencana Allah dan seorang ibu leluhur yang warisannya tetap hidup. Hanya dengan satu huruf, Allah mengubah hidup mereka, mengikat mereka pada misi yang terus bergema sepanjang sejarah. Kisah ini mengajak kita merenungkan kuasa nama, bobot janji Allah, dan dampak abadi dari orang-orang yang dipilih untuk mengemban janji itu.