By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Logo Logo
  • ID
    • EN
    • RU
    • HI
    • PT
    • ES
    • FR
    • DE
    • PL
  • ID
    • EN
    • RU
    • HI
    • PT
    • ES
    • FR
    • DE
    • PL
  • Beranda
  • Tentang
    • Tentang
    • Materi Gratis
  • BlogBlogBlog
    • Taurat
    • Ibrani
    • Injil
    • Rasul Paulus
    • Maria
    • Doa
    • Topik Hangat
    • Sedang dikerjakan
  • Buku
  • Konferensi
    • Israel Institute of Biblical Studies (IIBS)
    • Israel Bible Center (IBC)
Reading: Siapakah Nama Yesus yang Sebenarnya ?
Share
Logo Logo
  • ID
    • RU
    • PT
    • PL
    • HI
    • FR
    • ES
    • EN
    • DE
  • Beranda
  • Tentang
    • Tentang
    • Materi Gratis
  • BlogBlogBlog
    • Taurat
    • Ibrani
    • Injil
    • Rasul Paulus
    • Maria
    • Doa
    • Topik Hangat
    • Sedang dikerjakan
  • Buku
  • Konferensi
    • Israel Institute of Biblical Studies (IIBS)
    • Israel Bible Center (IBC)
Follow US
Dr. Eli © All rights reserved
Ibrani

Siapakah Nama Yesus yang Sebenarnya ?

Menelusuri Nama Di Atas Segala Nama dalam bahasa asli Ibrani dan Yunani

Tammy Yu
Share
SHARE

Sebagai seorang teolog dan ahli bahasa, saya mengemban tugas untuk meneliti klaim yang menyatakan bahwa nama Yesus dalam bahasa Ibrani seharusnya diterjemahkan menjadi “Yahshua,” ini merupakan sebuah gagasan yang tidak memiliki dasar dan bukti dalam sumber-sumber bahasa Ibrani atau bahasa Aram kuno. Analisis berdasarkan perspektif linguistik, historis, dan teologis, menjelaskan tentang asal-usul serta makna nama Yesus, menegaskan bahwa “Yeshua” (ישׁוּע) atau “Yehoshua” (יהושׁוע) adalah kata asli dalam Bahasa Ibrani, sedangkan kata “Yahshua” adalah spekulasi belaka. Pembahasan ini menggabungkan bukti tekstual, analisis etimologis, serta  konteks budaya-linguistik zaman Bait Suci Kedua untuk memperjelas bentuk dan makna dari nama tersebut.

Dalam Bahasa Yunani (Judeo-Greek) Perjanjian Baru, nama Yesus secara konsisten ditulis dengan Ἰησοῦς (Iēsous). Bentuk transliterasi Yunani ini sesuai dengan nama Ibrani Yeshua (ישׁוּע) atau bentuk panjangnya, Yehoshua (יהושׁוע), kedua nama ini umum digunakan di kalangan orang Yahudi pada masa Bait Suci Kedua (sekitar 516 SM–70 M). Nama Yeshua muncul hampir tiga puluh kali dalam Alkitab Ibrani, merujuk kepada orang yang berbeda  (misalnya Ezra 3:2; Nehemia 3:19; 1 Tawarikh 24:11). Demikian pula, Yehoshua, paling terkenal dikaitkan dengan Yosua, penerus Musa, juga banyak dijumpai dalam teks Alkitab (misalnya Bilangan 13:16). Nama-nama ini, yang berakar dari tradisi linguistik bahasa Ibrani, menjadi dasar yang penting untuk memahami nama Yesus.

Secara etimologis, nama Yehoshua (יהושׁוע) merupakan gabungan dari dua akar kata Ibrani: mengandung unsur Allah יהו (Yahu)—bentuk pendek dari nama ilahi YHWH (Tetragrammaton)—dan kata kerja ישע (yasha‘) yang berarti “menyelamatkan” atau “membebaskan.” Dengan demikian, Yehoshua dapat diterjemahkan sebagai “YHWH menyelamatkan” atau “Tuhan adalah keselamatan.” Setelah masa pembuangan ke Babel, Yehoshua disingkat menjadi Yeshua (ישׁוּע) untuk mempermudah pengucapannya, namun tetap mempertahankan makna keselamatan. Bentuk pendek ini kemungkinan muncul karena pergeseran fonetik dalam bahasa Ibrani dan Aram, di mana awalan yod-heh (יה) dalam Yehoshua mengalami penyederhanaan sehingga menjadi Yeshua. Dalam konteks ini, Yeshua dapat diartikan sebagai “Dia [Tuhan] menyelamatkan” atau “keselamatan,” tergantung pada nuansa sintaksisnya.

Kesetaraan antara Yeshua dan Yehoshua dalam bahasa Yunani (Judeo-Greek) sangatlah  penting. Kata dalam bahasa Yunani Ἰησοῦς (Iēsous) tidak membedakan Yeshua dan Yehoshua seperti halnya bahasa Ibrani karena bahasa Yunani tidak memiliki ketepatan fonetik untuk mencerminkan perbedaan halus dalam vokalisasi bahasa Ibrani. Maka baik Yeshua maupun Yehoshua, keduanya diterjemahkan menjadi Ἰησοῦς dalam Septuaginta (terjemahan bahasa Yunani dari Alkitab Ibrani) maupun Perjanjian Baru. Sebagai contoh, Yosua bin Nun disebut Ἰησοῦς dalam Septuaginta (misalnya Yosua 1:1), begitu pula Yesus dari Nazaret dalam Injil. Kesinambungan linguistik ini menunjukkan kesamaan nama-nama tersebut dalam konteks bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani.

Makna teologis dari nama Yesus dijelaskan secara eksplisit dalam Injil Matius: “Engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Matius 1:21, TB). Pernyataan ini secara langsung mengaitkan nama Yeshua dengan akar kata semantiknya, ישע (yasha), yang berarti “menyelamatkan.” Dalam bahasa Ibrani, nama Yeshua secara fonetik dan konseptual terkait dengan kata benda יְשׁוּעָה (yeshu‘ah), yang berarti “keselamatan.” Pernyataan Matius ini mengandung permainan kata: Yesus (Yeshua) disebut “keselamatan” karena Ia menjadi wujud nyata dari tindakan Allah dalam menyelamatkan umat-Nya. Penafsiran ini selaras dengan tradisi bangsa Yahudi yang memberi nama berdasarkan makna teologis atau nubuat  sehingga mencerminkan peran atau panggilan ilahi si pemilik nama.

Akar dari kata Yeshua tampak mencakup kata kerja היה (hayah), yang berarti “ada,” dan ישע (yasha‘), yang berarti “menyelamatkan.” Unsur יה (yah) pada kata Yehoshua berkaitan dengan nama Allah dan kata kerja “ada,” karena YHWH dikaitkan dengan eksistensi yang kekal (bdk. Keluaran 3:14, “AKU ADALAH AKU”). Pada saat yang sama, tema penyelamatan (ישע) memperkuat misi penebusan yang dikaitkan dengan Yesus dalam teologi Kristen. Etimologi ganda ini memperkaya makna nama Yesus, mennandakan kehadiran Allah sekaligus penyelamatan. Namun,hubungan yang tepat dari akar kata dalam pembentukan kata Yeshua masih menjadi bahan diskusi ilmiah karena nama-nama Ibrani kuno sering kali memadukan beberapa lapisan makna secara semantik.

Sebaliknya, nama “Yahshua” yang diajukan oleh beberapa kalangan tidak ditemukan dalam sumber-sumber Bahasa Ibrani kuno atau Bahasa Aram. Para pendukung kata “Yahshua” berpendapat bahwa nama ini menggabungkan “Yah” (bentuk pendek dari YHWH) dan “shua” (dari akar kata yang berarti “menyelamatkan” atau “berseru minta tolong”). Secara teologis, bentuk ini memang tampak menarik karena bisa diartikan sebagai “Yah yang menyelamatkan,” sejalan dengan peran penyelamatan Yesus. Namun, bentuk ini bermasalah secara linguistik. Kata kerja bahasa Ibrani untuk “menyelamatkan” adalah ישע (yasha‘), bukan שׁוּעַ (shu‘a), yang lebih terkait dengan makna “berseru minta tolong” (bdk. Mazmur 28:2). Selain itu, tidak ada satu pun teks Yahudi dari masa Bait Suci Kedua atau sebelumnya yang memakai “Yahshua” sebagai nama pribadi. Gulungan Laut Mati, literatur rabinik, dan sumber-sumber sezaman lainnya secara konsisten menggunakan Yeshua atau Yehoshua, bukan “Yahshua.”

Tidak adanya kata “Yahshua” dalam catatan sejarah menunjukkan bahwa nama ini merupakan konstruksi modern, yang mungkin muncul karena keinginan untuk menonjolkan unsur Allah “Yah” dalam identitas Yesus. Meskipun dorongan ini mencerminkan kreativitas teologis, ia tidak didukung oleh bukti empiris. Analisis linguistik terhadap pola pemberian nama dalam bahasa Ibrani menunjukkan bahwa nama-nama teoforis biasanya mengikuti pola seperti Yehoshua (יהושׁוע), Yirmeyahu (ירמיהו, Yeremia), atau Yeshayahu (ישׁעיהו, Yesaya), di mana unsur ilahi יהו atau יה digabungkan dengan kata kerja atau kata benda. Nama Yeshua sesuai dengan pola ini sebagai bentuk singkat, namun “Yahshua” menyimpang tanpa preseden.

Secara budaya, popularitas nama Yeshua pada masa Bait Suci Kedua didokumentasikan  dengan baik. Sejarawan Yahudi, Yosefus, menyebut beberapa orang bernama Yeshua, dan nama ini juga ditemukan dalam prasasti pada osuari (=peti tulang) dari masa tersebut. Hal ini  menunjukkan bahwa Yeshua adalah nama yang umum, sama seperti dengan nama-nama modern seperti Yohanes atau Maria. Pemilihan nama Yeshua untuk Yesus, sebagaimana dicatat dalam Injil, mencerminkan nama Yahudi biasa yang diberi makna teologis melalui penyataan ilahi (Matius 1:21; Lukas 1:31).

Sifat spekulatif dari kata “Yahshua” tidak menutup kemungkinan bahwa nama Yesus memiliki akar etimologis yang kompleks. Gabungan makna “ada” (היה) dan “menyelamatkan” (ישע) dalam Yeshua atau Yehoshua membuka ruang refleksi teologis yang dalam. Namun, tanpa bukti tekstual atau epigrafis, “Yahshua” tetap bersifat hipotesis. Konsensus ilmiah, berdasarkan tradisi manuskrip, pola linguistik, dan konteks sejarah, mendukung Yeshua (atau Yehoshua) sebagai nama Ibrani yang otentik bagi Yesus.

Kesimpulan, nama Yesus dalam bahasa Yunani—Ἰησοῦς (Iēsous)—berasal dari bahasa Ibrani Yeshua (ישׁוּע) atau Yehoshua (יהושׁוע), berarti “keselamatan” atau “YHWH menyelamatkan.” Kedua bentuk ini memiliki bukti kuat dalam sumber-sumber Alkitab dan non-Alkitab, mencerminkan penggunaannya yang luas dalam budaya Yahudi. Makna teologis dari nama ini, sebagaimana ditegaskan dalam Matius 1:21, berhubungan langsung dengan akar linguistiknya, menegaskan peran Yesus sebagai Juruselamat. Sebaliknya, bentuk “Yahshua” tidak memiliki landasan sejarah dan tampaknya merupakan ciptaan modern tanpa dukungan dari bukti kuno. Sebagai seorang teolog dan ahli bahasa, kita harus mengutamakan data yang teruji daripada rekonstruksi spekulatif, dan menegaskan bahwa Yeshua adalah nama yang menjembatani ketepatan bahasa dan kebenaran teologis.

Follow US
Dr. Eliyahu Lizorkin-Eyzenberg © 2025. All Rights Reserved.
Ikuti Blog Dr. Eli!
Berlangganan untuk mendapatkan pemberitahuan saat artikel baru diterbitkan.
Tanpa spam, Anda bisa berhenti berlangganan kapan saja.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?