By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Logo Logo
  • ID
    • EN
    • RU
    • HI
    • PT
    • ES
    • FR
    • PL
  • ID
    • EN
    • RU
    • HI
    • PT
    • ES
    • FR
    • PL
  • Beranda
  • Tentang
  • BlogBlogBlog
    • Taurat
    • Doa
    • Topik Hangat
    • Injil
    • Ibrani
    • Rasul Paulus
    • Maria
    • Sedang dikerjakan
  • Buku
    • Buku
    • Materi Gratis
  • Konferensi
    • Israel Institute of Biblical Studies (IIBS)
    • Israel Bible Center (IBC)
Reading: Tulisan Pilatus pada Salib Yesus dalam Bahasa Ibrani
Share
Logo Logo
  • ID
    • RU
    • PT
    • PL
    • HI
    • FR
    • ES
    • EN
  • Beranda
  • Tentang
  • BlogBlogBlog
    • Taurat
    • Doa
    • Topik Hangat
    • Injil
    • Ibrani
    • Rasul Paulus
    • Maria
    • Sedang dikerjakan
  • Buku
    • Buku
    • Materi Gratis
  • Konferensi
    • Israel Institute of Biblical Studies (IIBS)
    • Israel Bible Center (IBC)
Follow US
Dr. Eli © All rights reserved
Injil

Tulisan Pilatus pada Salib Yesus dalam Bahasa Ibrani

Para pemimpin Yahudi memaksa Pilatus terlibat dalam penyaliban Yesus. Mungkin inilah cara Pilatus membalas mereka.

Tammy Yu
Share
SHARE

Dalam Injil Yohanes pasal 19 ayat 16b–22, terungkap momen penting dalam kisah penyaliban Yesus, sarat dengan makna historis, kultural, sekaligus teologis. Bagian ini menggambarkan penyaliban Yesus dan tulisan yang dipasang di atas salib-Nya—sebuah tindakan yang kelihatannya sederhana, tetapi sesungguhnya membawa implikasi mendalam. Tulisan yang diperintahkan oleh Pontius Pilatus, gubernur Romawi, menjadi sumber perdebatan antara Pilatus dengan para pemimpin agama Yahudi, mengungkapkan berbagai intrik politik, nuansa budaya, dan kedalaman teologis. Dengan menjabarkan pasal ini, kita dapat memahami motivasi di balik tindakan Pilatus, pentingnya tulisan dalam tiga bahasa, serta sebuah penafsiran yang menarik namun spekulatif dari sudut pandang lukisan Fra Angelico pada abad ke-15, yang menyiratkan adanya pesan teologis yang tersembunyi dalam teks Ibrani.

Bagian ini dimulai dengan pernyataan yang kejam: “Dan di situ Ia disalibkan mereka” (Yohanes  19:18). Kalimat singkat ini merupakan puncak dari pengadilan Yesus yang brutal, sebuah peristiwa yang dirancang dari persekongkolan antara otoritas Romawi dan pemimpin agama Yahudi. Pilatus, sebagai pengawas  Romawi di Yudea, memiliki kewenangan untuk menjatuhkan hukuman mati, tetapi Injil Yohanes menunjukkan bahwa ia sebenarnya enggan menghukum Yesus. Sebelumnya, dalam Yohanes 19:12, para pemimpin Yahudi menekan Pilatus dengan merekayasa bahwa pernyataan Yesus merupakan ancaman terhadap otoritas Romawi, menuduhnya mengaku sebagai raja, yang dapat dianggap sebagai pengkhianatan terhadap Kaisar. Pilatus, terjepit antara menjaga ketertiban dan keraguannya tentang kesalahan Yesus, akhirnya menyerah pada tuntutan mereka. Namun teks ini memberi kesan bahwa Pilatus merasa dimanipulasi, dan tindakannya menulis pesan di atas salib merupakan bentuk balasan yang halus terhadap para pemimpin Yahudi.

Pilatus memerintahkan sebuah tulisan dipasang di atas salib Yesus, sesuai kebiasaan Romawi untuk menjelaskan kejahatan apa yang menyebabkan orang itu dihukum mati. Tulisan itu berbunyi: “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.”  (Yoh. 19:19). Kata Ioudaioi, yang biasanya diterjemahkan sebagai “orang Yahudi,” merujuk pada orang Yudea, khususnya dalam konteks ini lembaga keagamaan dan politik yang berpusat di sekitar Yerusalem dan Bait Suci. Pesan itu ditulis dalam tiga bahasa – Ibrani, Latin, dan Yunani—agar dapat dibaca oleh berbagai bangsa di Yerusalem, karena tempat penyaliban itu dekat dengan kota (Yoh. 19:20). Bahasa Ibrani adalah bahasa yang sakral bagi orang Yahudi, bahasa Latin adalah bahasa resmi pemerintahan Romawi, dan bahasa Yunani adalah bahasa internasional di seluruh Mediterania timur. Tulisan dalam berbagai bahasa ini menekankan sifat publik dari pelaksanaannya dan makna universal dari peristiwa tersebut.

Namun isi tulisan itu memicu reaksi keras dari imam-imam kepala orang Yahudi. Mereka keberatan dan berkata: “Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi” (Yoh. 19:21). Protes itu menunjukkan mereka merasa tidak nyaman dengan kata-kata pada tulisan tersebut, yang menggambarkan kedudukan Yesus sebagai raja sebagai pernyataan fakta, bukan tuduhan. Dengan menyatakan Yesus sebagai “Raja orang Yahudi,” tulisan Pilatus dapat dilihat sebagai penegasan klaim Yesus, yang berpotensi melemahkan otoritas para pemimpin agama dan mengolok-olok peran mereka dalam penghukuman-Nya. Jawaban singkat Pilatus, “Apa yang kutulis, tetap tertulis” (Yohanes 19:22), menunjukkan penolakannya untuk tunduk pada tuntutan mereka, yang menunjukkan ia sengaja memprovokasi atau menegaskan kuasanya.

Untuk memahami motivasi Pilatus, kita perlu melihat dinamika politik saat itu. Sebagai pejabat Romawi, Pilatus bertugas menjaga ketertiban di wilayah yang mudah bergolak. Dengan memanfaatkan hukum Romawi, para pemimpin Yahudi berhasil mendesak Pilatus menjatuhkan hukuman mati atas Yesus dan hal itu membuat Pilatus dalam posisi yang sulit. Dengan merekayasa bahwa Yesus adalah ancaman politik, mereka memaksa Pilatus untuk bertindak, tetapi Injil Yohanes memberi petunjuk bahwa Pilatus menyadari bahwa tuduhan mereka—terutama tuduhan bahwa Yesus mengaku sebagai “Anak Allah” (Yohanes 19:7)—adalah alasan yang berakar dari konflik agama, bukan pemberontakan yang sebenarnya. Keputusan Pilatus untuk menuliskan “Raja orang Yahudi” dapat dilihat sebagai sindiran yang penuh perhitungan terhadap para pemimpin agama, dengan membalikkan tuduhan kepada mereka. Dengan menyatakan Yesus sebagai raja mereka secara terbuka, Pilatus menyingkapkan ironi penolakan mereka terhadap-Nya, sekaligus menegaskan otoritasnya sendiri di tengah manipulasi mereka.

Semakin banyak intrik dalam kisah ini ketika dilihat melalui lukisan penyaliban karya Fra Angelico tahun 1434, yang memberikan tafsiran spekulatif dari tulisan bahasa Ibrani tersebut. Fra Angelico, seorang biarawan Dominikan sekaligus pelukis, dikenal teliti dalam detail dan akrab dengan studi bahasa pada masanya. Pada awal abad ke-15, Firenze dan Roma menjadi pusat minat baru terhadap bahasa Ibrani, Yunani, dan Latin, didorong oleh ketertarikan Renaisans terhadap teks-teks klasik dan Alkitab. Lukisan Fra Angelico merekonstruksi tulisan Bahasa Ibrani di salib ישוע הנצרי ומלך היהודים (Yeshua hanotzri umelech hayehudim), yang diterjemahkan “Yesus orang Nazaret dan Raja orang Yahudi.” Penggunaan kata hubung “dan” (diwakili oleh huruf Ibrani ו vav) selaras dengan konvensi tata bahasa Ibrani, sehingga rekonstruksi dari teks asli ini masuk akal.

Yang membuat tafsiran Fra Angelico begitu menarik adalah akrostik dari huruf pertama setiap kata dalam tulisan Ibrani. Dibaca dari kanan ke kiri: ישוע (Yeshua), הנצרי (hanotzri), ומלך (umelech), היהודים (hayehudim). Huruf-huruf awalnya—י (Yod), ה (He), ו (Vav), ה (He)—membentuk יהוה (YHWH), Tetragramaton yang kudus, nama perjanjian Allah dalam Alkitab Ibrani. Akrostik ini menyiratkan klaim teologis yang mendalam: bahwa Yesus, dalam penyaliban-Nya, diidentifikasikan sebagai YHWH, Allah Israel. Jika tulisan Pilatus itu benar-benar membentuk akrostik ini, itu akan menjelaskan penolakan keras dari imam-imam kepala.

Bagi mereka, pernyataan semacam itu merupakan penghujatan, karena menyamakan Yesus dengan nama Allah, suatu pernyataan yang mereka kutuk sebagai ajaran sesat (Yohanes 19:7).

Penafsiran ini, meskipun spekulatif, sejalan dengan penekanan teologis Injil Yohanes mengenai identitas ilahi Yesus. Di sepanjang Injil, Yesus digambarkan sebagai Firman yang menjadi manusia (Yohanes 1:14), “Akulah” yang memiliki kodrat ilahi (Yohanes 8:58). Akrostik YHWH dalam prasasti tersebut adalah peneguhan yang halus namun kuat tentang teologi ini, yang tertanam dalam tuduhan yang menyebabkan kematian Yesus. Bagi para imam kepala, tulisan itu tidak hanya memalukan secara politik tetapi juga menyerang secara teologis, karena menyiratkan bahwa orang yang mereka hukum mati adalah Allah.

Tentu saja Pilatus mungkin tidak berniat membuat pernyataan teologis secanggih ini. Sebagai pejabat Romawi, kecil kemungkinan ia memahami akrostik Ibrani atau teologi Yahudi. Namun pemilihan kata-katanya—entah disengaja atau karena campur tangan ilahi— sangat tajam. Dengan menyebut Yesus sebagai “Raja orang Yahudi”, ia mengejek penolakan para pemuka agama terhadap harapan Mesianik mereka sendiri, sementara rekonstruksi bahasa Ibrani Fra Angelico mungkin tanpa sengaja (atau justru dengan maksud ilahi) menunjuk kepada kebenaran yang lebih dalam. Tulisan dalam tiga bahasa ini, memastikan bahwa pesan ini menjangkau khalayak luas, dari para peziarah Yahudi yang membaca bahasa Ibrani hingga prajurit Romawi yang membaca bahasa Latin dan orang-orang Yahudi dan non-Yahudi Helenistik yang membaca bahasa Yunani.

Dengan demikian, bagian ini bekerja pada berbagai tingkatan. Secara historis, bagian ini mencerminkan interaksi yang menegangkan antara otoritas Romawi dan Yudea, dimana Pilatus menggunakan tulisan tersebut untuk menegaskan kekuasaannya dan membalas manipulasi para pemimpin agama. Secara teologis, bagian ini menegaskan ironi penyaliban Yesus: orang yang dihukum sebagai penjahat justru diproklamirkan sebagai raja, dan melalui tafsiran Fra Angelico, diidentifikasikan sebagai nama ilahi. Secara budaya, tulisan dalam tiga bahasa ini menegaskan makna universal dari kematian Yesus, sebuah pesan yang ditujukan untuk semua orang.

Kesimpulan, Yohanes 19:16b–22 menangkap sebuah momen yang sarat dengan ironi dan kompleksitas. Tulisan Pilatus, yang dimaksudkan untuk menuliskan kejahatan Yesus, justru menjadi pengakuan identitas-Nya: baik sebagai Raja, maupun sebagai Allah. Rekonstruksi artistik Fra Angelico mengajak kita untuk merenungkan kemungkinan adanya pesan teologis tersembunyi dalam teks Ibrani, pesan yang membuat para pemimpin agama sangat marah, tetapi sejalan dengan kristologi Injil Yohanes. Meski singkat, bagian ini memuat dinamika politik, budaya, dan spiritual dari penyaliban, mengajak para pembaca untuk merenungkan paradoks Raja yang disalibkan—yang kematian-Nya mengungkapkan keilahian-Nya.

Follow US
Dr. Eliyahu Lizorkin-Eyzenberg © 2025. All Rights Reserved.
Ikuti Blog Dr. Eli!
Berlangganan untuk mendapatkan pemberitahuan saat artikel baru diterbitkan.
Tanpa spam, Anda bisa berhenti berlangganan kapan saja.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?